Selasa, 23 Oktober 2012
I. Tujuan
- Mengetahui cara pembuatan tawas dari limbah alumunium
- Mengetahui banyaknya tawas yang dihasilkan dari pembuatan tawas dari alumunium foil.
II. Dasar Teori
Tawas (kalium aluminiumsulfat) dihasilkan dengan mereaksikan logam aluminium (Al) dalam larutan basa kuat (kalium hidroksida) akan larut membentuk aluminat menurut persamaan reaksi :
2 Al + 2 KOH + 2 H2O 2 KAlO2 + 3 H2 ………………….(1)
Kadang-kadang ditulis dalam bentuk ion sebagai kompleks aluminat yang persamaan reaksinya :
2 Al + 2 OH- + 6 H2O 2 Al(OH)4- + 3 H2 ……………….(2)
Larutan aluminat dinetralkan dengan asam sulfat, mula-mula terbentuk endapan berwarna putih dari alumunium hidroksida [Al(OH)3] yang dengan penambahan asam sulfat endapan putih semakin banyak yang jika didiamkan akan terbentuk Kristal seperti kaca dari tawas (kalium aluminiumsulfat) atau sering disebut alum. Secara singkat reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut :
2 KAlO2 + 2 H2O + H2SO4 ------> K2SO4 + 2 Al(OH)3 …………(3)
H2SO4 + K2SO4 + 2 Al(OH)3 -------> 2 KAl(SO4)2 + 6 H2O ……….(4)
24 H2O + 2 KAl(SO4)2 --------> 2 KAl(SO4)2.12 H2O ………………(5)
Reaksi keseluruhan :
2 Al + 2 KOH + 10 H2O + 4 H2SO4 ------> 2 KAl(SO4)2 +.12 H2O + 3 H2 ……….(6)
Larutan pada persamaan (2) dopanaskan pada suhu 60-80oC untuk menguapkan airnya dan suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 80oC karena tawas akan larut dalam air mendidih. Pada proses penguapan selama 10 menit dan didinginkan akan terbentuk Kristal dari KAl(SO4)2.12 H2O
alumunium khususnya senyawa sulfat banyak digunakan pada industry kertas. Selain itu, tawas banyak digunakan di industri–industri baik digunakan sebagai koagulan dalam pengolahan air dan air buangan maupun penyamakan kulit dan bahan pewarna di industri tekstil. Namun tawas natrium yang kita buat kali ini juga dapat digunakan sebagai bahan pengembang roti. Selain itu tawas pun dapat digunakan untuk mengentalkan lateks (getah karet yang cair) sehingga menjadi membeku.
III. Alat dan Bahan
Alat
- Erlenmeyer
- Gelas Ukur
- Cawan Petri
- Gelas beaker
- Corong
- Kertas saring
- Gunting
- Pipet
Bahan
- Alumunium foil
- KOH
- Accu
- Etanol
- Es batu
IV. Cara Kerja
IV. Hasil Pengamatan
VI. Pembahasan
Air
merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi kehidupan selain udara.
Makhluk hidup yang ada tidak dapat lepas dari penggunaan air dalam
kehidupannya. Namun pada akhir-akhir ini persoalan ketersediaan air bersih
menjadi suatu masalah karena banyaknya air yang telah kerkotori oleh
kontaminan. Kontaminan-kontaminan berasal dari limbah rumah tangga dan
industri. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan.
Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang
terus meningkat.
Salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan ini adalah dengan pengolahan
air. Terdapat tiga tahap penting pada proses pengolahan air dengan penambahan
zat kimia seperti tawas yaitu: tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi,
tahap pemisahan flok dengan cairan.
Koagulasi dan flokulasi
merupakan suatu proses yang umum dilakukan dalam pengolahan limbah cair
industri. Koagulasi adalah proses penambahan bahan kimia atau koagulan kedalam
air limbah yang bertujuan untuk mengurangi daya tolak menolak antar partikel
koloid, sehingga partikel-partikel tersebut dapat bergabung menjadi flok-flok
kecil. Flokulasi adalah proses penggabungan flok-flok kecil sehingga menjadi
flok-flok yang lebih besar sehingga akan mudah mengendap.
Biasanya pengolahan air dengan menggunakan tawas ini, dilakukan pada awal
proses pengolahan air kotor. Tawas ditambahkan ke dalam air sehingga
menyebabkan partikel-partikel tersuspensi akan mengendap dan kemudian air dapat
diolah lebih lanjut. Salah satunya dengan proses filtrasi. Kemudian
didesinfeksi lalu dapat dikonsumsi.
Senyawa-senyawa aluminium dapat ditemukan di alam dalam bentuk oksida Al2O3
dan macam-macam oksida terhidrat Al2O3.H2O
dan Al2O3.3H2O.Dalam praktikum ini akan
dilakukan pembuatan tawas dengan dari aluminium foil.Mula-mula aluminium
dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke
dalam gelas bekker hal ini dilakukan untuk memperbesar luas permukaan sehingga
reaksi dapat berjalan lebih cepat dan sempurna.kemudian ditambahkan KOH 20% maka terjadi eksoterm yang cepat
dengan dibebaskannya gas H2 yang dapat dilihat reaksinya adalah :
2Al + 2KOH + 6H2O 2K[Al(OH)4] + 3H2 (1)
Saat penambahan KOH juga gelas erlenmeyer sambil
dipanaskan dengan api lecil sampil gelembung hilang,hal ini dilakukan untuk
mempercepat reaksi.Kemudian ditambahkan dengan H2SO4 sedikit demi sedikit untuk
menghilangkan pengotor-pengotornya,reaksi yang terjadi adalah
2K[Al(OH)4]+H2SO4®2Al(OH)3+K2SO4+2H2O
(2)
Setelah 2K[Al(OH)4]
habis bereaksi dengan penambahan H2SO4
yang berlebih maka 2Al(OH)3 akan bereaksi dengan H2SO4
2Al(OH)3 + 3H2SO4 ® Al2(SO4)3 + 6H2O
(3)
Al2(SO4)3
yang terbentuk berupa larutan bening yang tak
berwarna kembali bereaksi dengan K2SO4 hasil reaksinya berupa terbentuknya kristal
K2SO4+Al2(SO4)3+12H2O®2KAl(SO4)2.12H2O
Kristal alum yang diperoleh dicuci dengan etanol yang bertujuan
untuk menyerap kelebihan air dan mempercepat pengeringan.
Tawas yang berkualitas baik memiliki ciri-ciri
berbentuk bongkahan dan tidak berwarna (bening). Namun hasil tawas yang kami
dapatkan pada percobaan tidak berkarakteristik seperti yang telah disebutkan.
Berdasarkan percobaan, tawas yang terbentuk berbentuk serbuk menggumpal yang
berwarna putih. Selain itu, berat yang dihasilkan pada percobaan pun tidak
sesuai dengan teori. Hal tersebut dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
- Alumunium
foil yang digunakan masih banyak mengendap saat bereaksi dengan KOH
sehingga menyebabkan berat Al menjadi berkurang.
- Pemanasan
saat melarutkan Al dalam KOH yang kami lakukan terlalu panas hingga suhu
870C sehingga ada ion ion pembentuk tawas yang menguap dan
dapat mengurangi jumlah tawas yang kami peroleh.
- KOH
yang digunakan terlalu banyak sedangkan Alumunium foil terbatas sehingga
mempengaruhi hasil akhir tawas.
VIII. Daftar Pustaka
1.Manurung Manuntun dan Fitria.A Irma.2010.KANDUNGAN ALUMINIUM DALAM KALENG BEKAS DAN
PEMANFAATANNYA DALAM PEMBUATAN TAWAS.Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran
2.http://rasshinee.blogspot.com/2011/05/laporan-praktikum-kimia-dasar-ii.html
3.Cotton dan Wilkinson., 1989, Kimia Anorganik Dasar, Penerbit UI Press, Jakarta,